Selasa, 05 Januari 2016

Dormansi Benih

Pada lingungan dengan kondisi yang baik bagi perkecambahan seperti cukup air, temperatur cocok dan komposisi atmosfer normal, pada benih-benih tertentu proses perkecambahan tidak terjadi. Benih ini sebenarnya viabel, karena benih dapat berkecambah jika mendapatkan perlakuan khusus sebelum dikecambahkan. Benih demikian inilah yang dikatakan benih dorman, atau benih yang berada dalam tahap dormansi. 

Benih ganitri
Benih ganitri harus diberi perlakuan pemecahan dormansi untuk mengecambahkannya
Secara fisiologis,  Evenari dalam Schopmeyer (1974) menerangkan bahwa  benih untuk bisa berubah menjadi kecambah harus melewati  3 tahap yang saling saling tumpang tindih yaitu: 1) absorpsi air terutama melalui imbibisi, proses ini menyebabkan membengkaknya benih, dan juga menyebabkan pecah atau merekahnya kulit benih, 2) bersamaan dengan itu terjadi aktivitas enzimatik, peningkatan kecepatan respirasi (yang membutuhkan oksigen) dan assimilasi yang ditandai dengan penggunaan cadangan makanan, dan translokasi ke area pertumbuhan, dan 3) pembesaran dan pembelahan  sel yang memunculkan akar dan plumule.
Dormansi ini dapat diakibatkan oleh bermacam-macam hal, mungkin karena embryo belum masak, kulit biji impermeabilitas terhadap gas, atau sebab-sebab lain (Mayer & Poljakoff-Mayber, 1963). Penyebab dormansi yang sangat meluas adalah karena pada beberapa jenis tanaman benih memiliki  organ tambahan berupa struktur penutup benih yang keras.  Kulit demikian ini ditemui pada banyak jenis dari beberapa famili. Kulit benih yang keras ini  biasanya menyebabkan dormansi melalui satu dari tiga cara, yang menurut Mayer & Poljakoff-Mayber (1963) adalah   kulit yang keras mungkin menyebabkan impermeabel terhadap air, impermeabel terhadap gas atau mungkin secara mekanik menekan perkembangan embrio.
Impermeabilitas air dan gas karena struktur kulit yang keras  banyak terjadi pada jenis-jenis dari keluarga Leguminoceae dan Caesalpineaceae. Kulit benih ini  tahan terhadap gesekan dan kadang terlindungi oleh lapisan seperti lilin. Kulit benih yang keras ini sebenarnya secara alamiah berfungsi untuk mencegah kerusakan benih dari serangan jamur atau serangga predator (Leadem, 1997). Menurut Mayer & Poljakoff-Mayber (1963) kulit benih ini baru  akan menjadi permeabel jika kulit benih telah terkikis melalui beberapa cara. Di hutan, secara alamiah kulit benih akan hancur, terkikis, terlunakkan oleh gosokan mekanis, serangan mikrobia, kebakaran hutan, karena pengaruh keasaman tanah, atau mengalami dekomposisi kimiawi setelah melalui saluran pencernakan hewan. Atau, bisa jadi benih mengalami deraan cuaca, temperatur panas dan dingin yang bergantian mengakibatkan memuai dan mengkerutnya benih sehingga benih lekang atau retak.  Contoh dari fenomena ini, seperti yang ditulis oleh Khurana dan Singh (2001), adalah benih Gmelina arborea dan Acacia nilotica yang jika terkunyah domba dan kambing kecepatan perkecambahannya meningkat. Benih dari Acacia senegal dan Ceratonia siliqua mudah berkecambah setelah melewati saluran pencernaan kambing. Dormansi benih Tectona grandis juga dapat dipatahkan oleh rayap. Demikian juga dengan benih tanaman Cecropia obstusifolia yang menunjukkan peningkatan perkecambahan setelah melewati saluran pencernaan kelelawar.
Perlakuan pada kondisi laboratorium merupakan adopsi dari kejadian alam seperti di atas. Berbagai macam cara telah dikembangkan untuk memecahkan permasalahan dormansi karena kulit benih yang keras ini, yaitu melalui perlakuan pendahuluan sebelum benih dikecambahkan. Perlakuan ini antara lain adalah perlakuan dengan perendaman dalam air, skarifikasi dengan bahan kimia,  dan  skarifikasi mekanik.

Tulisan ini merupakan ringkasan dari bagian artikel berjudul: Pemecahan dormansi pada benih-benih berkulit keras.

Cara penulisan sitiran:
Pramono, A.A. 2006. Pemecahan dormansi pada benih-benih berkulit keras.Info Benih. Vol. 1. No. 1. p 69-78.

Baca artikel utuh: http://rimbabenih.blogspot.co.id/2016/01/pemecahan-dormansi-pada-benih-benih.html
Lainnya

0 komentar:

Posting Komentar

Coba isi lagi