Senin, 04 Januari 2016

Buah bambang lanang (Michelia campaca)

Tahap perkembangan buah bambang lanang  

Tahapan pembuahan dimulai setelah organ penyusun bunga (tepalla, benang sari dan kepala putik) layu dan gugur. Bunga yang gugur menyisakan bintil-bintil yang tersusun spiral pada bonggol berwarna putih kekuningan (kumpulan ovarium). Bagian ujung dari bintil terdapat sisa putik yang berwarna coklat.  Bintil-bintil yang sudah terbuahi berkembang selama kurang lebih 60 hari menjadi buah yang matang, tahapan perkembangan buah dapat dilihat pada Gambar 1.

Tahap-tahap perkembangan buah Michelia campaca
Gambar (Figure)1. Tahap-tahap perkembangan buah(development stages of fruiting of bambang lanang)


Buah yang sudah tua atau matang ditandai dengan kulit buah yang berwarna merah  muda kecoklatan dengan bintik putih. Setelah matang kulit buah terbelah dimulai dari ujung bonggol sampai ke pangal bonggol dan didalamnya terdapat biji yang diselubungi daging buah (jaringan tipis yang menyelimuti benih) berwarna merah muda (Gambar 2). Buah yang sudah terbelah apabila tidak langsung dipanen akan jatuh ke tanah. Benih dilindungi oleh kulit buah yang berwarna hitam dengan permukaan keriput dan keras (Gambar 2C).

bagian-bagian buah Michelia campaca
Gambar 2.  (a). Bonggol buah matang (panicle of fruits), (b). Buah matang (matured fruits), (c). Benih (seeds)


Kaitan antara ukuran buah dengan jumlah benih


Pada satu bonggol terjadi keragaman ukuran buah, dimana terdapat buah berukuran besar maupun buah berukuran kecil dan bahkan masih terdapat bintil yang gagal berkembang. Keragaman ukuran buah berhubungan dengan jumlah benih yang terkandung di dalamnya. Semakin besar ukuran buah jumlah benih yang terbentuk di dalamnya semakin banyak (Gambar 3). Perbedaan jumlah benih yang dihasilkan setiap buah mungkin disebabkan oleh perbedaan jumlah ovul yang terbuahi selama proses fertilisasi.
 
Variasi ukuran buah Michelia campaca
Gambar 3.Berbagai ukuran  buah bambang lanang dalam satu bonggol: berukuran kecil (a)  berukuran besar (b) bakal buah yang tidak berkembang (c) (kiri) dan jumlah biji dalam satu buah (kanan) (d) susunan benih di dalam buah. Various sized fruit in a knob M. Camphaca : small size (a) large (b) ovarry not develop (c) (left). And number of seeds in a fruitfruit (d) seed arrangement in different size of fruit.
Hasil analisis regeresi menunjukkan adanya kaitan yang kuat antara ukuran buah dengan jumlah benih yang terdapat di dalamnya. Jumlah benih paling berpengaruh kuat terhadap panjang buah yang dapat dirumuskan dalam persamaan regresi linear log10(Jb) =  - 1.529 + 1.610 log10(P), dengan R2=46,3%. Di mana P= panjang buah dan JB= jumlah benih. Jumlah benih berpengaruh kuat terhadap panjang buah karena buah bambang lanang berbentuk polong sehingga semakin banyak benih semakin panjang buah. Namun demikian, semakin banyak benih juga berpengaruh terhadap lebar buah,  karena, ketika buah berisi banyak benih maka benih tidak tersusun berderet rapi tetapi cenderung saling menumpuk (Gambar 3 d). 

Hubungan ukuran buah dengan jumlah benih
Gambar (Figure) 4. Hubungan antara ukuran buah dengan jumlah benih yang dihasilkan(Relationship between size  of fruits and number of seeds)

Fruit set bambang lanang

Perkembangan buah dan jumlah benih yang dihasilkan dalam satu buah dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Rata-rata jumlah buah, jumlah benih dan jumlah buah yang tidak berkembang dalam satu bonggol(Average of fruits, seeds and undeveloped fruits of panicle)

No.
Jumlah bonggol
(Average  number of observed cones)
Rata-rata jumlah bintil (organ ♀) /bonggol
(Average  number of female gamet./cone)
Rata-rata jumlah buah/bonggol (Average number of fruits/cone)
Jumlah bintil yang tidak berkembang/
bonggol
(Average  number of undeveloped fruits/cone)
Persen bintil yang gagal berkembang (%)
(The percentage of
undeveloped fruits)

Persentase jadi buah (fruit set)
1
25
44,92 ± 11,36
18,88 ± 8,30
26,04 ± 9,39
57,97
42,03
2
20
40,25 ± 12,07
17,20 ± 7,73
23,60 ± 8,29
57,84
42,16
3
24
34,76 ± 10,72
14,67 ± 6,91
21,04 ± 8,21
58,93
41,07
4
30
42,60 ± 6,94
15,53 ± 5,21
26,50 ± 7,25
63,05
34,78
5
30
48,32 ± 5,41
21,03 ± 8,01
26,37 ± 10,11
55,63
44,37
Rataan




59,12
40,88

Dari Tabel 1 terlihat bahwa persen keberhasilan dari bonggol untuk menghasilkan buah lebih rendah dibandingkan dengan bintil yang gagal berkembang dalam bonggol. Rata-rata persentase terbentuknya bintil menjadi buah sekitar 40,88% sedangkan untuk bintil yang gagal berkembang sebesar 59,12%.  Bintil buah yang tidak berkembang menjadi buah kemungkinan disebabkan sel telur (ovul) tidak terbuahi atau zigot yang gagal berkembang membentuk biji.
Bambang lanang memiliki organ seksual hermaprodit. Fenomena umum dari tanaman hermaprodit adalah menghasilkan ratio buah/bunga yang rendah (Liao et al., 2009, Holland et al., 2004). Persentase bunga (bintil) yang menjadi buah pada tanaman bambang lanang rata-rata adalah sebesar 40,88%. Nilai fruit set ini hampir sama dengan tanaman hutan lainnya seperti Acacia leucophloea dan Albizzia procera, masing-masing 40% (Syamsuwida et al., 2011).  Pembentukan buah (fruit set) dipengaruhi oleh banyak faktor yang berhubungan dengan biologi reproduksi termasuk sistem penyerbukan dan perilaku pembungaannya. Menurut Garibaldi et al. (2013) penyerbukan merupakan faktor pembatas utama dalam produksi buah. Pembungaan yang melimpah akan menarik hewan penyerbuk untuk  mengunjungi bunga, selain itu ketersediaan sumberdaya polen juga merupakan faktor yang penting dalam produksi buah (Cuevas et al., 2014).
Posisi bunga saat mekar, dimana letak stigma (kepala putik) dan benang sari tidak sama jaraknyadapat mempengaruhi proses penyerbukan. Bunga yang mekarnya menghadap ke atas dan benang sari yang letaknya lebih rendah daripada putik menyebabkan proses penyerbukan sangat tergatung pada faktor luar. Faktor yang memungkinkan untuk membantu dalam proses penyerbukan adalah serangga. Warna yang menarik memungkinkan serangga untuk berkunjung lebih besar dan secara tidak langsung serbuk sari akan menempel pada kaki serangga (Tjitrosoepomo, 2005). Organ betina bunga bambang lanang terletak pada bagian atas bonggol dan organ jantan pada bagian bawah. Posisi ini juga menyebabkan perlunya agen penyerbuk untuk melakukan penyerbukan. Agen penyerbuk dapat berupa biotik (hewan serangga) atau non-biotik (angin). Dalam hal ini, masih perlu dilakukan penelitian terkait vektor penyerbuk pada bambang lanang.

Tulisan ini merupakan ringkasan dari bagian artikel berjudul:"Perkembangan bunga dam buah bambang lanang (Michelia champaca)" 

Cara penulisan sitiran:
Rustam, E., Pramono, A.A. dan Syamsuwida, D. 2014. Perkembangan bunga dam buah bambang lanang (Michelia champaca). Jurnal Perbenihan Tanaman Hutan Vol 2. No2. p.67-76.

Silahkan baca juga Bunga bambang lanang (Michelia campaca)

0 komentar:

Posting Komentar

Coba isi lagi